Saat ku buka hati ini
aku tau bahwa ku tak sebaik dia
Aku tak seperhatian dirinya
Saat ku mencoba menghitung
Aku tau ku tak sekaya dia
Aku tak semapan dirinya
Saat ku berdiri diantara bayangku
Aku tau ku tak seindah dia
Ku tak setampan dirinya
Tapi kita sama sama tau
Kau lebih baik bersamaku daripada
dengannya
Karna perhatiannya hanya sebatas
bibirnya bukan jiwanya
Karna kekayaannya sebatas namanya
bukan hatinya
Bukankah aku lebih baik darinya?
kecuali kau meragukanku
Meragukan hubungan kita
Dan kaupun tau
Ku pasti
menghargainya
***************************
Aku masih disini
Membangun rindu yang menumpuk diantara
balutan
Saat tuhan melukis kehidupanku
,kehidupanmu , kehidupan kita berdua
Melukis jejak langkah ditiap kanvasku
Jejak yang tertinggal sekarang penuh
dengan kepedihan
Tapi lihatlah …
Tuhan menempatkanmu lebih dekat dari sebelumnya
Lebih dekat dari biasanya
Saat ku menatap engkau selalu ada
Saat ku memejam kau selalu hadir
Dekat sekali engkau bersamaku
Tuhan terus mewarnainya
Mewarnai tiap kanvasku
Hinga kepompong yang terikat dan
terbelenggu hadir menjadi kupu kupu yang indah
Aku yakin ku mampu bertahan menjadi
kepompong
Terbelenggu sendiri disini untuk
menjadi kupu-kupu yang indah buatmu
Walau kutau saat ini ku tak bermakna
Tapi kuberharap bisa terbang menujumu
Dapati cita cintamu
Ini rindu yang kian menumpuk tebal
Ingin berontak pun tak mampu
Ingin berjumpa pun tak bisa
Seperti inikah harga yang ku bayar
untuk bertemu kamu…
**********************************************************
Denting piano dari hati
Enggan terdiam mengiringi pikirku
Walau tangan tlah berdarah rapuh
Ingin tetap kulantunkan cinta untukmu
Wahai engkau penghuni pikirku
Untukmu ku persembahkan
Lantunan rindu yang menggema indah
Atas nama cinta yang terpendam
Namamu jua yang telah mengendap dalam
kalbuku
Dari rintihan-rintihan rindu yang menggema
Aku hembuskan walau tak seindah senandung
hujan
Raut wajahmu pun yang selalu menjelma
Iringi kidung rindu untukmu
**********************************************************
“Rasa yang tertinggal “ tlah
menjadi “Jalan terbaik”
Bersama “Cinta Abadi “ yang tumbuh
bersemi dalam “Ruang Rindu”
Yang akan tetap merekah “Saat kau
jauh”
“Saat Terakhir” bersamamu tlah
membuat “Jiwa yang hilang”
Hai “Puteri Iklan” ku
“ Jangan pernah berubah “ walaupun
“Tak dapat apa-apa”
Tapi sungguh “Ku tak sanggup lagi”
Jika kau “Cari pacar lagi”
Karena …
“ aku masih sayang “
**********************************************************
Mentari mencoba menggeliat diantara
gundukan awan
Menelusup kecelah mendung
Samar seperti mata gadis kecil dengan
pakaian lusuhnya
Sesekali menatap muka keriput dengan
pokek kumal selutut
Tampak lesu wajah lelaki berkolaborasi
warna langit
Mendengar rengek dan gelayutan buah
hatinya
Oh dunia ini terasa kejam di benaknya
Uang recehan bergambar kusam pun
beberapa kali diurai
Bertukar sebuah handphone putih tak
bemerek lagi
Awan pun menghilang tatkala senyuman
menggelayut diantara goresan debu di kulitnya
Pengorbanan untuk buah hatinya
Membuatku tersenyum akan indahnya
cinta
**********************************************************
Mengingatmu
Melamunku
Segala tentangmu
Tlah membunuh kata-kataku
Hanya berangan
Hanya memandang semu jiwamu
Yang jauh terbayang
Yang dekat membayang
Aku inginkan kata darimu
Beri nafas paruh puisiku
**********************************************************
Insan ini beku jauh darimu
Hanya ratapan sunyi
Khayalan ingin
Dan harapan mengenalimu
Yang tak kunjung datang temukan kita
Kau …
Akankah kutemukanmu
Suka ?
Ataukah hanya hasrat sesaat
Yang hadir karena sepi
Datang karena rindu
Ataukah hanya kebiasaaan hadirnya
bayangmu dalam malamku
Yang kan hilang saat pagi membangunkannya
**********************************************************
engkau berkelebat dipelupuk mataku
meneror pikirku
menjadikan panas tak terpayungi
menjadikan dingin tak terselimuti
bergemuruh dentum jantung bertalu
mengusik gelisahku
membekas genggaman yang berlari jauh
mencekam ketakutan yang terhimpit
dengan gemetar kuraih tatapmu
menjalar dalam didihan darahku
memotong setiap nafasku
menebar setiap rindu bersama bayangmu
engkau sunguh menjelma hantu
romantisku
berkelebat disela sepiku
melayang diujung gelapku
****************************************************
Bumi basah saat langit menitikkan air
mata
Menangguhkan sejenak burung burung gereja
dipagi hari
Tak ayal hanya belenggu tertata rapi
diantara besi pagi
Mengharap adanya hidup yang memaknai
hari
Atas sebuah hukum ilahi yang dijalani
seorang diri
Menunggu hati yang menjatuhi tentang
apa yang terjadi
Oleh tahta yang tersusun oleh angka
angka jati diri
Kemilaunya laksana berlian yang
terbayar mahal
Oleh setiap tangan tebal nominal
Atau keterpurukan tangan hampa yang
terbelenggu kebebasannya
Saat ku berdiri diantara tahta tahta
yang kejam
Saat air tak lagi menjadi air
Saat api pun tak lagi menjadi api
Saat cobaan tak lagi berpayung duka
Tetapi senyuman kelimang harta
Sunguh ini singgasana yang silau
Yang mahkotanya dari jeruji besi
Tahtanya dari tebal rupiah
Kilaunya datang dari mimpi pemberian
ilahi
Hmm ..
*****************************************************************
Inikah tempat
yang kusingahi
penuh palsu hati nurani
Aku terbaring diantara kubus yang
menjulang rapi
Dengan perhiasan besi besi yang
berbaris mati
Seperti kenari yang terkurung patah
Berkedip dan mengigau perjalanan waktu
Menatap cahaya yang kian meredup atau
berpijar
Aku sendiri duduk berlumur doa
mengeruk jibril dengan cahayanya
saat mentari termakan habis
dan bulan mekar seperti sakura
disini …
bersama hati yang berkembang walau
jiwa terkekang
engkau disana berselimutkan permadani
bertahtakan mimpi
sedang aku bersama hati yang tersisa
diantara hari
jauh terbentang melewati jiwa jiwa
yang ada
aku berpisah denganmu untuk kesekian
kalinya
bersama derap langkahmu yang berat
aku tau ini perpisahan yang nyata
tapi sungguh rasaku tlah merasuk lebih
dalam
lebih merasuk kedalam jurang lubuk
hatiku
hingga semua takkan hilang oleh jiwa
yang tlah pergi
karna engkau tlah hidup dalam jiwaku
yang ada disetiap pikirku
terlukis diantara buta mataku
*****************************************************************
Entah seperti apa goresan yang
tercipta
Sepertikah secangkir juruk panas
Sepertikah sepotong pisang goreng
Yang melewati cacing-cacing yang lapar
Ataukah sesosok wajah ayu terbaring
lemah
Ataukah senyaring nyanyian cinta
bersama gemuruh gaduh
Kebisuan tembok saksi merintih
Atau berucap lirih diantara tubuh
Mungkin seperti jiwa yang indah ini
Berbalut keagungan cinta dara jelita
Malam 22 bersamamu
Bersama harap senyummu
*****************************************************************
Aku tak seperti chairil anwar
Bukan pula khairil Gibran
Aku juga tak seperti don juan
Ataupun tom cruise
Puisi tak ayal hanya gurauan
Terbuang sia sia dan menghilang
Rayuan tak lekang hanya harapan
Terkubur keinginan dasar hati
Ketampanan tak jua hanya topeng
Rusak tak terbanggakan
Hanya hati
Hanya cinta
Yang ingin kupersembahkan
Untuk istriku sayang
I love you
*****************************************************************
Terbang diheningnya malam
Terang pancarkan kilaumu
Kibaskan sayap sayapnya
Meninggalkan jejak yang berterbangan
mewangi
Harumi angkasa jiwaku
Bawa terbang arungi nirwana cinta
Menarilah bersamaku dalam irama
kehidupan
Bernyanyilah bersamaku dalam musik
kalbuku
Terangilah malamku dengan gemerlap
sinarmu
Hinga pagi menyapa
Hingga malampun kembali tiba
Hinga tak mampu lagi kuberkata
Ku yakin kau kan selalu ada
Bersamaku arungi cinta
***********************************************************
Engkau usik mimpiku
Tentramkan gelisahku
Tersenyum manis dipelupuk mataku
Aku terpesona
Untukmu ku lantunkan doa
Ku ikrar cinta disetiap hembus nafasku
Kulukiskan pesonaku dari setiap
imajiku
Engkau selalu ada
Kemarin …
Hari ini juga
Esok …
Dan juga lusa
Dan ku berharap seterusnya
Jika hatiku tegak
Kau kan selalu kucinta
*****************************************************************
Apakah benar yang kurasa
Aku kira …
Aku duga …
seperti jiwa yang Getir menyambar hari
seperti jiwa yang Getir menyambar hari
Tapi tetap harus kulewati
Atau besok aku mati berdiri disini
Dengan ribuan kelabang-kelabang
ketidaktahuan
Menularkan bisa yang membawa pikirku
lumpuh
Laksana cinta yang entah
Membara dalam samudra
*****************************************************************
Benarkah aku tlah bangun dari mimpi
Kembali jalani selaksa fakta yang
menari didepanku
Kebimbangan yang merasuk dalam ragaku
ini
Akankah hilang
Ataukah kan tetap menjelma disetiap
langkah yang kuambil
Membayang diantara ribuan mil jalanku
Entah hilang atau tetap ada selamanya
Hati ini gemetar menatap setiap apa
yang aku pikirkan
Apa yang bias aku pijak
Sementara aku berjalan diantara
samudra yang menenggelamkanku
Apa yang aku jadikan tali pengikat
sukmaku
Sementara takdir membawaku menyeret
Ke alam yang entah aku tak tau
Hmm …
Mungkinkah ada secercah cahaya
Yang hadir diantara lubang lubang
nestapa
Semoga.
*****************************************************************
Melangkah terbelenggu arungan hasrat
Yang meronta lirih dalam ketidaktahuan
Hmm…
Ribuan Tanya selaksa hitungan angka
Yang terjerumus dalam sungai pikiran
Menggores apa yang terbayang disetiap
yang menerpa
Bimbang …
Ragu …
Entah angka dari sisi apa lagi
Yang menggumpal nafasku
*****************************************************************
Apakah cinta melambai dalam hembusan
yang menerpa
Tapi benarkah
Cinta yang berdiri tegak dalam kelaksa
malam itu
Yang membungkam dalam rintihan dingin
Meraung diantara gonggongan srigala-srigala
Cintakah itu yang mambawa hati ke
jurang nestapa
Tanpa harus tau kenapa atau apa …
*****************************************************************
Aku kembali tersesat
Saat dua malam menjelma merebut hari
Diantara ujung senja
Menstimulasi bayangan yang hadir
Rasanya ingin mata ini terpejam dalam
kelelahan
Tapi tetap saja
Waktu yang bergulir takkan menengokku
yang terlelap
Jiwa entah raga
*****************************************************************
Menelusur cahaya
Langkah jatuh mengembara
Entah waktu yang berpijak adanya
Ataukah menghembus dalam alam nirwana
Merangkah setiap rintihan rintihan
lunglai
Bernafas diantara gundukan nestapa
Atau menghela disetiap buaian buaian
cinta
Menetes dahaga air mata
Atau nafas-nafas yang palsu
Menghimpit denyut nadi
*****************************************************************
Aku berdiri memandang venus
Tatkala semilir ngilu menggengam luka
Mencengkram disetiap goresan goresan
cinta
Mematikan aliran darah yang mengalir
Diantara sungai sungai yang membasahi
jiwa
Hinga mati membawa terbang ke nirwana
*****************************************************************
Lantunan kidung jiwa yang mengalun
Diantara hembusan hembusan nafas
Saat bibir terhenti sejenak untuk
mengucap
Lonceng lonceng rindu bergema mencipta
rangkaian nada
Untuk seberkas cinta yang terjalin
sudah diantara senja
Rintihan malam membawa kedamaian hati
Saat dua hati melangkah mendekat manja
Mengikat cinta yang terdalam
Rembulanpun tersenyum
Bersama lesung pipit bintang
Memandang jauh dua insan
Laksana pijar bintang
Cinta itupun terangi jiwa yang gelap
Laksana panas api asmara
Membakar bekunya darah yang mengumpal
Entah berapa lama
Menyejukkan hati bersama cinta yang
kau hembuskan padaku
Sampai penghujung usia
*****************************************************************
Ketakutan menghantui jiwa yang tau
Akan arti semua rasa
Keluhmu memaksa bimbangku ucapkan kata
manis
Yang penat dalam belenggu sukmaku
Ikrar mengalun dalam bibirku
Bersama resah yang kan meresahkanku
Bintang kutanya 1000 juta kali
Tapi tak pernah menjawab 1 kali pun
Tentang ketakutan malamku dan pagi
yang harusnya mewangi
Waktu yang berjanji pun tak pernah
menjawab
Tentang misteriku
Ahh…betapa kucinta padanya
Tapi diriku tak rela dimiliki
Aku sunguh mencintaimu
Tapi akupun tak ingin ucapkan cintaku
Sungguh tak ingin
Karna hanya kan memperapuh cintaku
*****************************************************************
Bilakah kerinduan yang merasuk
Menjalar laksana virus yang mematikan
setiap keresahan
Menumbuhkan titik-titik cinta yang
terbenam sejak lama
Tumbuh menerawang cahaya
Melihatmu ..menatapmu ..menjamah gulir
air cinta
Yang bersemayam indah diantara dua
jiwa
Aku berdiri disini menatap derasnya
alir cinta yang tercipta
Merangkai keindahan diantara pikir
dibalik gundah
Hey … bidadari yang tengah menerawang
jauh
Memandang waktu yang berpijak kata
cinta
Mencoba memeluk erat setiap bayangan
Akulah yang berdiri memandangmu jua
Berharap engkau melihatku berdiri
tegak
Menopang ribuan cinta yang ku rangkai
Hanya untukmu
Semoga … itu untukmu
Sampai entah tanganku kuat menopangnya
Ataukah kau kan berdiri disampingku
mengangkat tinggi
Bersama rangkaian “je suis tombe amoureux de toi”
Sampai kita tak mampu lagi membuka
mata
*********************************************************************************************************
|
Kau dibola matamu yang bening itu
Saat kulihatmu dipantai
Kau duduk sendiri ciptakan lautan
dengan berlian matamu
Yang pantulkan gelombang sendu
Aku disini melihatmu
Di tepi Lautan yang semakin
menenggelamkanmu
Dalam raguku berontak
Kenapa harus…
Kau peri tingalkanku
Menitip secuil duka
Saat cinta yang baru mengetuk
Harus pergi sebelum pintu terbuka
*****************************************************************
Ku tak mampu pejamkan mataku
Ingin rasanya melepas tangisan gundah
ini
Jiwaku terpaku akan ragumu
Bintang yang terang seakan samar
Ingin keluar dari kamarku
Mencari jawab atas ragumu yang
mengusik waktu tidurku
Gelappun tak mampu nina bobokan
bayangmu dalam pelupuk mataku
Berharap kau terhanyut dalam cinta
sepenuh hatiku
Atau apapun yang membuatku tenang
Nikmati semua mimpi tanpa bimbang
Berharap lupakan malam sendu
Aku tak tau apa arti semua ini
Menulis ribuan kata yang mungkin tanpa
arti
Atau hanya membuat kecewa dalam hati
Jangan pernah Tanya apapun
Karena kuhanya menulis penatku
Atas derita kecewaku yang tersimpan di
kalbu
Aku sunguh tak tau
Ku hanya ikuti tarian penaku
Sunguh aku tak tau
*****************************************************************
Aku tau kau masih meragukanku
Atas semua cinta yang lalu yang tak
jua berlalu dihadapanku
Jangan pernah mengelak karna ku tau
itu
Akupun tak bisa menyalahkanmu
Pun membuatmu tak meraguku
Dan ku hanya mampu persembahkan maafku
Lewat puisiku yang mungkin juga tak
berarti
Atas segala ketidaknyamanan yang
kubuat beratus kali
Maafkanku dan cerita laluku
Pun seandainya kau tau
Percayalah…
Aku masih bersamamu
*****************************************************************
Bintang berjatuhan sinarnya
Mati dalam lolongan adzan
Lenyap dalam dentuman besi
Hilang diantara mata-mata sang
penghuni
Deretan jeruji yang berbuih jiwa yang
mati
Merengguk air kehidupan dengan
embernya
Bersandiwara senyuman dengan
kemilaunya
Berbekas mimpi angan dan khayalan
Menyelingkuhi kehidupan keseharian
Berdiri jiwa setengah mati berbekas
kantuk dimatanya
Menatap seenggok nasi dengan ikan
asinnya
Atau nasi kering dengan kitab
kuningnya
Untuk sekedar membodohi cacing-cacing
dalam perutnya
Inikah surga bagi sang pecinta surga
Keheningan tak bertepi
Kedamaian dalam hati
Yang bertahta jauh didalam sana
Melekat nyaman dalam sanubari
Walau mata menatap penuh imaji
Inikah hidup untuk sang penata hati
Sungguh kulihat ada kedamaian yang
kurasa manis sekali
*****************************************************************
Mentari bersinar mengerlipkan butiran
peluh
Gemerlapan diatas pekat hitam kulitmu
Goresan alur diwajahmu bercerita kerasnya
hidupmu
Uratan lenganmu Nampak kokoh
Dengan berbekal cangkul di pundakmu
Kau berjalan menyusuri nafas sang dewi
Tubuh tuamu memaksaku
Menatap haru diantara hamparan hijau
Sesekali kulihat kau diatas sepeda
reyotmu
Atau duduk terbujur dibawah pohon
kapuk
Berkipas caping coklatmu
Yang kau buat dengan jemari trampilmu
Selintas ku bertanya
Dengan siapa kau didunia ini
Akankah kau sendiri memelihara tubuh
tuamu
Tapi kau hanya tersenyum
Hingga kulihat tak satupun gigi yang
menancap di mulutmu
Inikah jawabmu?
*****************************************************************
Indah..sosok terbesit dalam impian
Sejuk … tatap tajamnya seorang hawa
Matapun tak mampu kupejam
Pun kukedip akan hadirnya dirimu
Pada sosokmu yang tentramkan hati
Ingin sekali rasanya
Ku ucap nafasku tentangmu
Ulurkan tangan ucapkan salam
perkenalan
Meski hanya kan kudapat namamu
Siapakah engkau
Yang selalu hadir di tiap pikirku
Hmm… siapakah engkau
Yang selalu ingin kutemui
Dalam
hari hariku
*****************************************************************
Haripun terus terkoyak
Tentang satu impian yang dalam
Esok hari yang cerah kan kutemui
engkau
Yang berjalan didepan kelasku
Kutemui wajahmu
Yang selalu terlukiskan senyum
cantikmu
Oh…entah kapan ku kan mengenalmu
Karna ku tak tahu
Entah apa yang bisa kulakukan
Untuk satu impian itu
Tapi senyum-senyummu tlah yakinkan
inginku
Bahwa ku kan mengenalmu
Lewat puisiku
*****************************************************************
Aku terbaring menembus langit langit
mimpi
Berlari mengejar bekas bekas bayangmu
yang tersenyum
Mencoba melukis kilat bayangmu
Dengan ratapan kerinduan yang menggema
teriakannya
Kurangkai tiap nafas yang kuhembus
bernada namamu
Engkau yang selalu bergelayut ditirai
mataku
Samar kehadirannya
Sayup sayup ditiap pandangku
Hening dikuping pikirku
Jadikan dentuman bertalu denyut
jantungku
Hadirkan gelisah dikursi kalbuku
Aku mencarimu puluhan jam yang lalu
Untuk hadir ditiap rinduku
Mengukir cinta yang terbelenggu
Untuk datang dikelopak mimpiku
Tabrukan nafas sayangmu
Hiasi dinding-dinding kalbu taman
cinta
Yang tlah kita bina kedamaiannya
Aku menantimu
Menjemputku
Disini
*****************************************************************
Akupun masih terjaga bersama doa-doa
yang mengiringku
Kudengar suara jangkrik menepis
dinginku
Tak kutemukan lagi nada dalam radioku
Hanya lantunan merdu sinden sinden
yang entah dari mana datangnya
Sesekali kutampar tubuh tubuh semut yang melintasi badanku
Aku tak melihatmu kali ini
Hanya ribuan Tanya yang masih sama“
engkau sedang apa ..?“
Hingga tak sempat pena ini menitikkan
tintanya
Habis berangan tentangmu
Kulantunkan beberapa doa untukmu saat
alam semakin menghitam
Kudengar derap langkah angin malam
Dan akupun masih terjaga
Berharap terlelap sejenak dan
mengharap hadirnya Rabb-ku bersama Jibrilnya
Aku disini masih bertahan untukmu
Hinga malam habis
Yang tersisa hanya bibit bibit merah
fajar
Beriring kicau burung gereja bersautan
Berlantun gema adzan subuh
menggetarkan
Aku terjaga untuk melihatmu
Sepanjang malamku
Hanya untukmu
*****************************************************************
Subuh melambai beriring dzikir
Lantunkan bait-bait adzan mengumandang
Atap beton yang lama kupandang
Masih gelap bertabur bintang
Kupandang Polaris berpijar disudut
menara
Mamancarkan sinar terangnya
Membawa senyuman diantara hari hari
yang kusam
Membawa goresan keindahan dalam hatiku
Aku yang telah bernafas disela kubus
jeruji
Mendendang pada detak jantung
berkolaborasi
Menuntunku pada kata syukur
Karna sebuah keterasingan
Yang kulalui berbuih kemercik embun
pagi
Berbuah riak suka sang sanubari
*****************************************************************
Kupikir aku tlah kalah dalam perang
ini
Senjatapun tak mampu kusangga dengan
tegak
Badanpun tak mampu menatap sketsa
dibalik ilalang
Akupun hanya bertahan dengan tetesan
merah dzikir
Yang mengalir dari luka luka belenggu
Aku tlah gagal meneliti setiap
kesabaran
Tapi ini tetap berlalu
Keluhan yang mengalun hanya bingkai
besi yang keras
Rintihan yang terucap hanya denting
waktu yang terlupa
Tuhan melihatku tak bertahan dengan
sabda-sabda_Nya
Tuhan mendengarku tak bertahan dengan
dentuman kehidupan
Aku hanya hidup hari ini
Dimana kulewati malam yang pekat
Dengan tertidur pulas diatas tikar
Dan melewatinya sekejap mata
Untuk menemui indahnya senja
Ya…
Akhirnya kutemui jiwaku hanya hidup
detik ini saja
Dan malam yang pekat tlah berlalu di
detik yang lalu
Berganti sunrise sabda_Nya

Tidak ada komentar:
Posting Komentar